Saturday, November 30, 2019

MIKROFLORA DAN PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP KESEIMBANGANNYA




      Tubuh manusia berinteraksi dengan mikroorganisme tiap harinya. Mikroorganisme tidak hanya hidup dilingkungan sekitar kita, tapi juga ditubuh kita. Mikroorganisme yang secara alamiah menghuni tubuh manusia ini dinamakan mikroflora. Mikroflora, atau flora normal,  adalah sekumpulan organisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia yang sehat. Kebanyakan flora yang terdapat ditubuh manusia adalah dari jenis bakteri, namun tak jarang juga ditemukan virus, jamur hingga protozoa. Adanya flora normal pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau berpindah dari habitat yang semestinya ( Jawetz dkk, 2007 ). 
      Untuk dapat menimbulkan penyakit , mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat menyebabkan penyakit. Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak  patogen, namun pada kondisi tertentu dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan perubahan pada fisiologi normal tubuh. 
      Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, mata, dan telinga. Organ-organ dan jaringan biasanya steril. 
Pada mulut, mikroflora dapat bertumbuh dengan baik karena mulut merupakan organ yang mempunyai tingkat kelembaban yang tinggi. Selain itu, adanya proses mekanik yang dilakukan oleh mulut saat mengunyah partikel-partikel makanan membuat mulut menjadi lingkungan ideal bagi pertumbuhan mikroflora. Salahsatu flora normal yang terdapat dalam mulut misalnya Streptococcus sanguinis. Dalam kondisi rongga mulut yang tidak seimbang, bakteri ini dapat menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang. ( Regezi dkk, 2003 ).  
Pada organ pernafasan, tempat bertumbuhnya mikroflora adalah di bagian nasofaring atau di bagian belakang hidung. Bakteri yang biasa ditemui adalah bakteri streptococcus, dan dapat ditemui juga pada organ mulut. Kedua organ ini berhubungan satu sama lain, maka dari itu diperlukan pemeliharaan kesehatan yang tepat agar bakteri ini tidak menjadi patogen. Salahsatu pemicu bakteri streptococcus pada organ mulut dan organ pernafasan berubah menjadi aktif dan patogen adalah aktivitas merokok.
      Rokok dapat mengganggu keseimbangan kedua organ ini, bahkan seluruh metabolisme tubuh karena mengandung berbagai senyawa kimia yang berbahaya yang berpotensi mengganggu keseimbangan mikroflora normal yang terletak pada organ tubuh tersebut. Aktivitas merokok dapat mengganggu proses metabolisme mikroflora, sehingga memicu bakteri menjadi patogen. Didalam mulut dan nasofaring, terdapat mikroflora yang sama, yakni jenis streptococcus. Salahsatu dari jenis bakteri ini adalah Streptococcus aureus, yang sering ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas. Terdapat pada tanah, air, dan debu diudara. ( Entjang,2003). Bakteri ini dapat menginvasi dan menyerang setiap  bagian tubuh, dapat ditemukan di hidung, kulit, hingga mulut dan dapat beradaptasi diberbagai lingkungan. (Radji,2011).
      Pada orang yang merokok, aktivitas ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan mikroflora didalam mulut serta organ pernafasan. Senyawa kimia yang terkandung dalam rokok memicu mikroflora menjadi patogen dikarenakan lingkungan mikroflora yang menjadi tidak seimbang. Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Gigi dan jaringan lunak rongga mulut, merupakan bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat rokok. Penyakit periodontal, karies, kehilangan gigi, resesi gingiva, lesi prekanker, kanker mulut, serta kegagalan implan, adalah kasus-kasus yang dapat timbul akibat kebiasaan merokok (Warnakulasuriya dkk, 2010 ). Rongga mulut adalah bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok yang utama. Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan lunak rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, memperlambat penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis. ( Bergstrom dkk, 2000 ).
      Lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, pun pada perokok pasif atau orang yang terpapar asap rokok. Komponen gas asap rokok terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, dan senyawa hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzoldan kresol serta masih banyak senyawa kimia lainnya. Pada saat asap rokok masuk kedalam saluran pernafasan, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker. ( Aditama, 1997).
      Maka dari itu, aktivitas merokok sangatlah merugikan. Selain berdampak buruk pada lingkungan, merokok juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik perokok aktif maupun perokok pasif. Mikroflora normal dalam tubuh berubah menjadi tidak seimbang, dan berubah menjadi patogen. Dapat dikatakan merokok lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak positifnya. Apabila hal ini dibiarkan terus berlangsung, maka akan mengakibatkan permasalahan yang serius pada kesehatan tubuh manusia. Tingkat kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan akan bahaya merokok sebagai upaya peningkatan kualitas kesehatan di Indonesia. 


Published by:
Author : Jasmine Ainayassyifa (18.01.021.070)
Bioteknologi,2018.








DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY. Rokok dan kesehatan. Jakarta: UI Press, 1997: 17-25.
Bergstrom et al. 2000. A ten-year prospective study of tobacco smoking and periodontal health. J Periodontol. 71 : 1338-47.
Entjang, Indar. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Jawetz, Melnick & Adelberg’s. 2007. Medical microbiology 24th eds. United state: Lange Medical Book: 197-199.
Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Jakarta : EGC.
Regezi JA, Scuba JJ, & Jordan CK. 2003. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations 4th ed., W.B. Saunders Co, St Louis Missouri. 100-101.
Warnakulasuriya S., DietrichT., Bornstein M., Peidró E., Preshaw P., Walter C., WennströmJ., and Bergström J. 2010. Oral health risks of tobacco use and effects of cessation. International Dental Journal. 60:7-30.