Siti Rohma — 17.01.051.090
“Feminism isn’t about making women strong. Women are already strong. It’s about changing the way the world perceives that strength.” — G.D. Anderson.
Mengutip pendapat dari Marry Wallstonecraff dalam bukunya "The Right of Woman" pada tahun 1972 mengartikan Feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi wanita, gerakan dengan lantang menyuarakan tentang perbaikan kedudukan wanita dan menolak perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita. Lalu berkaca pada sejarah terjadinya sebuah gerakan Feminisme di Indonesia yang dilatar belakangi salah satunya oleh pendidikan yang masih harus untuk dikembangkan di Indonesia ini. Karena, melihat dari faktanya bahwa pendidikan di Indonesia masih sangat minim dan perlu perkembangan agar bisa dikatakan layak bagi seluruh rakyatnya. Dikutip dari buku “The Right of Woman” bahwa Inti dari Feminisme adalah bagaimana perempuan harus memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengembangkan diri. Hal ini bisa diartikan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan pendidikan. Berikut adalah beberapa alasan yang akan membuatmu sadar betapa pentingnya sebuah gerakan Feminisme. Selain itu pula, alasan mengapa gerakan Feminisme begitu penting? Karena, Anak-anak muda pada abad ke-21 yang biasa disebut generasi Millenial atau generasi Y adalah generasi yang kritis, mempertanyakan segala hal setiap saat. Mereka cenderung mulai meninggalkan peraturan kuno dan pandangan yang kaku. Generasi millennial ini memiliki pemikiran yang luas dan terbuka, juga berani mengungkapkan pendapat.
Para feminis (tokoh penggerak feminisme) telah memperjuangkan kesetaraan hak sejak abad ke-19. Lalu, setiap harinya sekitar 40.000 anak perempuan menikah sebelum berusia 18 tahun, 36% darinya bahkan belum berumur 15 tahun. Menikah di usia dini merampas masa kecil dan juga pendidikan dari anak tersebut, dan menggantinya dengan kewajiban yang harus di laksanakan seorang istri. Selain itu, pengantin di bawah umur mempunyai lebih banyak masalah kesehatan dan angka kematian ibu yang tinggi frekuensi pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga juga lebih besar dibandingkan dengan perkawinan antara orang dewasa. Namun, jika gerakan Feminisme ditinjau dari perspektif agama akan berbeda hal. Tetapi, didalam opini ini gerakan Feminisme yang saya fokuskan yaitu lebih kepada ranah pendidikan. Karena, bisa dilihat dari salah satu alasan terjadinya
sebuah sejarah gerakan Feminisme di Indonesia sekitar abad ke 18 dan berkembang pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan persamaan hak politik bagi perempuan. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Right of Woman dianggap menjadi salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak untuk perempuan. Satu abad setelahnya di Indoneisa, di naungi salah satunya oleh R.A Kartini. R.A Kartini ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan Perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan untuk mengecap pendidikan yang setara dengan laki-laki. Beliau mengemukakan betapa pentingnya pendidikan untuk perempuan pada masa itu, dan tentunya sangat masih perlu dikembangkan. Karena, pada realitasnya masih sangat minim pendidikan yang diterima oleh perempuan-perempuan di Indonesia. Masih sangat banyak perempuan-perempuan yang jauh dari pendidikan yang dikatakan layak, sehingga peran gerakan Feminisme menurut saya masih sangat butuh untuk diakui keberadaannya oleh Indonesia. Apa pun kondisinya, Feminisme tetaplah menjadi sebuah usaha berat yang diperjuangkan R.A Kartini dan akhirnya diteruskan oleh perempuan-perempuan Indonesia setelahnya. Maka dari itu, gelar pelopor feminisme memang sepantasnya dimiliki R.A Kartini karena beliau berani untuk mengawali pemikiran bahwa manusia tak seharusnya lagi dipandang berdasarkan jenis kelamin dan diperlakukan lebih buruk hanya karena mereka terlahir sebagai perempuan.
Tetapi, jika kita bandingkan di luar negeri banyak tercatat peristiwa besar di mana perempuan berani melakukan demonstrasi menuntut persamaan hak dengan laki-laki, namun di Indonesia kita hampir tak pernah melihat hal serupa. Salah satu penyebabnya adalah fakta bahwa Indonesia memiliki budaya ketimuran yang menjunjung tinggi sopan santun dan dipengaruhi oleh ajaran agama yang cukup kental, sehingga perempuan cenderung diperlakukan dengan lebih baik dan lembut jika dibandingkan dengan negara lain yang mungkin tidak memiliki kebudayaan yang sama. Efek dari kurangnya pendidikan yang layak di Indonesia menyebabkan perempuan-permpuan Indonesia merasa tersisihkan keberadaanya. Contohnya dari segi pekerjaan, banyak wanita Indonesia yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke negara lain, penyebabnya adalah kurangnya pendidikan yang didapatkan. Karena untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di Indonesia sendiri harus memiliki batas maksimal riwayat pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi contohnya (SMA/ Sederajat). Tetapi, perempuan yang hidup jauh dari pendidikan merasa pekerjaan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di negara lain menjadi sebuah solusi yang paling efektif dan paling baik karena kualifikasi menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) tidak begitu membutuhkan riwayat
pendidikan yang tinggi atau (SMA/ Sederajat). Maka dari itu, gerakan Feminisme diranah pendidikan masih sangat dibutuhkan dan harus dikembangkan.
Referensi :
Humm, Maggie. 1995. The Dictionary of Feminist Theory. Ohio State University Press.
Mansour Fakih. 1996. Menggeser Konsepsi Gender dan Tranformasi Sosial . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
https://www.idntimes.com/life/women/ingriani-wionika/ini-alasan-kenapa-feminisme-begitu-penting-c1c2/full
https://www.idntimes.com/life/women/tita/feminisme-menuntut-kesamaan-hak-dengan-pria-apakah-bisa-diterapkan-di-indonesia/full
https://medium.com/lingkaran-solidaritas/feminisme-bukan-monster-tapi-gerakan-untuk-keadilan-perempuan-39d39256df02
http://jateng.tribunnews.com/2019/04/02/opini-woro-seto-gerakan-indonesia-tanpa-feminis-maaf-kalian-kaum-pesimis
https://tirto.id/uninstallfeminism-benarkah-indonesia-tak-butuh-feminisme-dlfE.
No comments:
Post a Comment