Dewasa
ini banyak segala berbagai gerakan yang menitik beratkan terhadap pemikiran
yang cenderung inovasi dan revolusi, karena hal ini tidak terlepas daripada
pemikiran manusia yang pada umumnya menginginkan sebuah perubahan pada setiap
sistem yang mereka rasakan, terutama
pada penataan sistem sosial,
salah satu gerakan yang cukup eksis akhir-akhir ini adalah sebuah gerakan
yang disebut dengan feminisme, feminisme ialah sebuah gerakan yang berfokus
pada perjuangan untuk mendobrak tatanan sosial yang bersifat patriarki dan juga
diskriminasi terhadap perempuan, yang mana tujuan daripada gerakan ini ialah
pad dasarnya adalah untuk membela hak-hak perempuan juga pembelaan sifat
manusiawi perempuan.
Konsep
gerakan inipun jika kita lihat secara general merupakan sebuah reaksi atas
berbagai ketidakadilan yang umumnya di rasakan oleh kaum perempuan, banyak
berbagai spekulasi atas sejarah kapan dan dimana mulainya pemikiran seperti ini
berkembang, tetapi menurut salah satu literatur mengungkapkan bahwa feminisme
muncul dan memiliki keterkaitan pada masa abad peralihan atau masa reinassance
di italia, pada abad ke-14 hingga abad ke-17. Yang dimana kemudian berkembang
pesat secara global di berbagai penjuru negara maupun benua. Jika kita ingin
melihat indonesia sendiri, feminisme sudah mulai masuk ke Indonesia sejak pada
masa penjajahan, yang dimana hal ini juga muncul karena rasa perjuangan untuk
bisa terbebas daripada jeratan penjajahan kala itu, seperti salah satu
dampaknya ialah penetapan hari ibu diIndonesia pada tanggal 22 Desember 1953
oleh presiden Soekarno, melalui dekrit Presiden Republik Indonesia no.316 yang ternyata merupakan rentetan daripada
hasil kongres perempuan pertama di Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928,
yang diikti oleh berbagai organisasi-organisasi besar diIndonesia, beberapa di
antaranya adalah, Sarekat Islam, Budi utomo, Jong Java, dan masih banyak lagi.
Dan semenjak itulah banyak sekali muncul organisasi-organisasi yang berfokus
kepada perjuangan hak-hak perempuan dan pembelaannya, salah satunya ialah
Gerwani (Gerakan Wanita Nasional) yang terbentuk pada tahun 1954 yang lalu
kemudian bubar pada tahun 1964.
Gerakan-gerakan
perempuan pada masa itu sangat membantu dan turut memberikan sumbangsih
terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang mana ialah terbukanya ruang
gerak bagi perempuan yang kemudian banyak memunculkan tokoh-tokoh pahlawan
nasional yang kini kita kenal, beberapa di antaranya ialah R.A Kartini, dan Cut
Nyak Dien. Tetapi jika kita lihat akhir-akhir ini pergerakan feminisme di
Indonesia di rasa kurang substansi dan tidak fokus terhadap kebutuhan
masyarakat Indonesia pada umumnya,
seperti beberapa di antaranya ialah sebuah narasi yang dilontarkan oleh
sebuah partai baru yaitu PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang berwajahkan
anak muda, mengatakan untuk menentang dan melarang praktek poligami di
Indonesia. Yang mana hal ini juga menimbulkan pro kontra bagi masyarakat karena
menganggap bahwa praktek poligami adalah sikap yang dibolehkan bagi agama,
khususnya agama mayoritas di Indonesia yaitu Islam. Bahkan juga hal ini banyak
dikritik oleh beberapa tokoh politik yang menyesalkan sikap PSI yang dirasa
tidak sesuai substansi, ialah Andre Rosadi salah seorang tokoh politik maupun
kader dari partai Gerindra yang mengatakan bahwa “Partai Solidaritas Indonesia
saat ini, harusnya fokus kepada pelarangan perzinahan, bukan mencampuri urusan
rumah tangga orang lain, yang justru di dalah sebuah agama hal tersebut di
benarkan”. Narasi Feminisme lainnya yang dirasa tidak sesuai substansi ialah
keluar daripada sebuah gerakan bernama Indonesia Feminis yang justru secara
terang-terangan mendukung LGBT, yang padahal seperti kita tahu, bahwa LGBT
sendiri adalah sebuah sikap yang tidak diterima di Negara Indonesia dengan
penduduk mayoritas muslim, dan memiliki sikap kenegaraan yang berlandaskan
Pancasila sesuai norma-norma agama.
Jika
kita melihat dan mengamati berbagai isu feminisme yang terjadi di Indonesia
akhir-akhir ini, maka mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa gerakan Feminisme di
Indonesia sarat akan pemikiran liberalisme, yaitu sebuah konsep pemikiran yang
tidak sesuai dengan tatanan sosial yang ada di Indonesia, dan jika saja
penerapan konsep feminisme ini sesuai pada substansi dan melekat padanya
dasar-dasar agama, makan akan sangat mungkin sekali, gerakan feminisme ini akan
dengan mudahnya di terima oleh publik, khususnya Masyarakat Indonesia
Daftar
Pustaka
Fadrik Aziz Firdausi.2018. Dewi Sartika, Pendidik
dari Priangan, Melawan adat
Kolot & Poligami. (https://tirto.id/dewi-sartika-pendidik-dari-priangan-
melawan-adat-kolot-poligami-cH1v).
Di akses tanggal 29 Mei 13.05
No comments:
Post a Comment