FEMINISME DALAM BUDAYA SASAK (MERARI’)
Oleh : Nadia Ayu Utami
(17.01.051.063)
Kebudayaan di negara kita Indonesia memiliki beragam suku dan budaya dari sabang sampai merauke. Indonesia merupakan salah satu negara di Dunia yang memiliki suku dan budaya terbanyak. Di Indonesia sendiri terdapat 1.340 suku dan 300 kelompok etnik betapa banyaknya bukan? Beda sukunya beda juga budaya dan bahasanya tetapi meskipun begitu indonesia tetap satu dengan bahasa nasionalnya yaitu bahasa Indonesia.
Dan suku yang akan saya bahas kali ini adalah suku sasak. Suku Sasak merupakan suku asli dari Nusa Tenggara Barat.
Suku sasak juga terkenal dengan berbagai macam tradisinya, salah satunya adalah Merari’. Merari' adalah sebuah bahasa istilah yang di miliki oleh masyarakat suku sasak/lombok di nusa tenggara barat . dalam bahasa sasak/lombok, merari' artinya menikah. dalam adat sasak, perkawinan sering disebut dengan merariq. secara istilah kata merari' diambil dari kata "lari". Merarikan ( melarikan ) atau kawin lari. adalah sistem adat pernikahan yang masih di terapkan di lombok. kawin lari dalam bahasa sasak di sebut merarik.
Tradisi merari' ini dikenal dengan “kawin lari” di mana anak perempuan akan dilarikan untuk dijadikan istri.merari' adalah sebuah tradisi turun-temurun.Pria dan perempuan biasanya lebih dulu berjanji untuk bertemu di suatu tempat.Setelah itu perempuan dilarikan oleh pihak pria ke rumah keluarga mereka.Biasanya perempuan diinapkan satu hingga tiga hari.Katanya kalau nggak dicuri (dilarikan) nggak gentle (seperti laki-laki).
Menurut saya marari’ atau sering diartikan sebagai kawin lari ini ada kaitannya dengan gerakan feminisme. Kenapa begitu? Karena lelaki yang membawa lari perempuan itu tanpa sepengizinan dari orang tuanya si perempuan, dan itu sangat tidak sopan apalagi perempuan adalah orang yang harus kita homati kita hargai, jadi jika membawanya lari seperti itu sama saja tidak menghormati dan menghargainya . Saat dibawa lari perempuan dibawa berhari-hari bagaimana jika dia merasa tertekan karena jauh dari orang tuanya, apakah makanan yang diberikan layak seperti biasa yang dimakan sehari-hari bersama orang tuanya? Dan apakah saat dibawa lari kesuatu tempat dia diperlakukan dengan baik? Seharusnya jika dia benar-benar ingin menikahi wanita yang dicintainya dia datang kerumah orang tua si peempuan bicara baik-baik karena yang kita ketahui mayoritas orang lombok adalah agama islam. Dan pastinya cara tersebut tidak sesuai denga syariat islam kaena bukan muhrim di suatu tempat berdua akan menimbulkan fitnah bahkan ada setan yang menghasut untuk melakukan hal yang tidak diinginkan.
Apalagi biasanya merari’ ini dilakukan oleh remaja belasan tahun yang masih labil dalam berfikir maupun mengambil keputusan,biasanya mereka melakukan merari’ atau kawin lari ini untuk menjadi alasan agar mereka bisa bersama –sama atau segera dinikahkan. Ada juga yang menjadikan merari’ ini agar dia bisa mendapat atau bersama wanita yang disukainya walaupun si pihak wanita tidak suka dengan si laki-laki tapi mau tidak mau karena si wanita sudah dibawah lari oleh si laki-laki maka mereka harus dinikahkan agar tidak tersebar fitnah dan bahkan membuat malu keluarganya. Ada juga yang melakukan tradisi melari ini jika keluarga mereka tidak setuju dengan hubungan yang mereka jalani, jadi mereka sengaja melakukan tradisi ini agar dinikahkan walaupun sebenarnya si orang tua tidak setuju tapi mau gimana lagi anaknya telah dibawa lari oleh seorang lai-laki jadi harus dinikahkan. Ada juga yang hamil diluar nikah ,jadi disini pihak perempuannya yang mengajak si laki-laki merari’ atau kawin lari agar si anak dalam kandungan si ibu ini mempunyai bapak dan si laki-laki bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat.
Apalagi yang kita ketahui yang melakukan tradisi melari’ ini kebanyakan yang berumur belasan tahun atau masih remaja dan bahkan ada yang masih dibawah umur. Ini akan berdampak pada masa depan mereka baik si pihak laki-laki maupun perempuan tapi jika dilihat atau diteliti lebih lanjut yang banyak dirugikan disini adalah dari pihak perempuan. Selain diumur mereka yang masih kecil yang seharusnya mereka belajar atau duduk di sekolah untuk menuntut ilmu harus rela kehilangan cita-cita mereka karena harus berhenti bersekolah karena menikah. Belum lagi persoalan dia hamil lalu melahirkan kemudian mengurus anaknya, dari mana dia mau mendapatkan uang sementara mereka tidak lulus sekolah pasti susah untuk mencari pekerjaan bahkan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan kebanyakan dari mereka berakhir menjadi kuli bngunan. Dan kalaupun mereka sudah mendapatkan pekejaan apakah cukup untuk menghidupi anak dan istinya ,apakah dia sanggup memberi makan istrinya yang dulu makan enak saat bersama orang tuanya, apakah sanggup untuk membahagiakan istrinya dan memenuhi kebutuhannya? Itulah mengapa merari’ ini biasanya tidak bertahan lama untuk pasangan yang melakukannya. Karena belum ada kesiapan yang matang untuk membangun rumah tangga. Dan akhirnya mereka pulang kerumah orang tua mereka dan malah makin membebani orang tua mereka. Bahkan ada juga laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan tidak sanggup untuk menanggup biaya hidupnya kemudian cerai. Siapa yang dirugikan? Pihak perempuan. Dan bahkan yang lebih parahnya lagi mereka meninggalkan pihak perempuan begitu saja tanpa ada pamit atau kabar sekalipun, betapa ruginya pihak perempuan bukan? Sudah diajak merari’ eh ujung-ujungnya ditinggalkan. Banyak mereka yang depresi akibat ini lalu pusing harus melakukan hal apa sementara mereka punya anak yang harus dirawat dan dibesarkan, jadi dia pulang kerumah orang tuanya dan lagi-lagi menambah beban orang tuanya. Ada juga yang akhirnya kerja banting tulang karena menjadi tulang punggung keluarga karena telah cerai dari suaminya, yang disisi lain dia harus merawat membesarkan,mendidik,bekerja yang dia lakukan sendiri tanpa ada sosok laki-laki yang meringankan bebannya. Ada juga yang mengambil jalan pintas bekerja dengan cara yang tidak halal atau bahasa kasarnya dengan menjual diri mereka untuk membantu memenuhi kebutuhannya karena malu pulang kerumah orang tuanya.
Maka dari itu tradisi melari’ ini sebenarnya tidak baik untuk dilakukan karena banyak dampaknya bagi perempuan walaupun ada juga yang berhasil bahagia menggunakan tradisi ini. Tradisi ini juga seharusnya jangan sampai punah karena ini tradisi yang diwarisi oleh nenek moyang secara turun menurun yang masyarakat lombok percayai. Dan sampai saat ini atau hingga dijaman yang modern begini masih banyak warga provinsi nusa tenggara barat tepatnya warga pulau lombok yang masih banyak menggunakan tradisi ini.
Jadi alangkan baiknya sebelum anda akan melakukan tradisi melari’ ini baik pihak laki-laki apalagi pihak perempuan berfikirlah secara matang dan jika anda sudah siap atau sudah memiliki pekerjaan yang layak yang bisa menghidupi anak dan istri kalian barulah melakukan tradisi ini agar nantinya tidak hidup menderita dan sengsara.
DAFTAR PUSTAKA
Di Indonesia Ada 1.340 Suku Bangsa dan 300 Kelompok Etnik - Netralnews.com
https://www.netralnews.com › rsn › read
Suku Sasak : Sejarah, Kebudayaan dan Adat Istiadat [Lengkap] | RomaDecade
Mengenal Lebih Dalam Suku Sasak ; Suku Asli NTB | infobudaya.net
www.infobudaya.net › 2018/01 › menge...
https://www.romadecade.org › suku-sasak
Merarik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.m.wikipedia.org › wiki › Merarik
https://m.detik.com › domestic-destination
No comments:
Post a Comment