Nama: Liyan Fitria Ulfa
Sebagaimana yang kita ketahui, feminism adalah sebuah gerakan perempuan yang memperjuangkan persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria tanpa adanya diskriminasi. Dimana feminism itu yaitu bagaimana perempuan harus memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengembangkan diri atau menyampaikan apa yang ingin disampaikan atau diciptakan. Contohnya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan pendidikan.
Menurut artikel yang saya baca, para feminis (tokoh penggerak feminism) sudah memperjuangkan kesetaran hak sejak abad ke-19. Begitupun kita yang ada pada abad ke-21 atau biasa disebut generasi millennial atau lebih keren disebut generi Y juga masih memperjuangkan hak para kaum wanita. Dimana kengan segala kecanggihan yang ada sekarng ini dan siapapun dibebaskan menggunakannya, banyak diantara kaum wanita yang tak kalah canggih menggunakan segala yang ada.
Terutama di kalangan pendidikan, banyak yang berpendapat bahwa wanita tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi. Terkhususnya bagi mereka yang tinggal di kampong, yang dimana orang-orang kawasan perkampungan cenderung lebih mempercai perkataan orang-orang tua dulu. Katanya “buat apa sekolah tinggi-tinggi nanti juga ujung-ujungnya akan kembali ke dapur, kasur, dan sumur”, begitulah ucapan orang tua di kalangan perkampungan.
Namun tidak semua orang yang bisa mempercai dan mengikuti jejak orang tua dulu, yang dimana menurut mereka semua hal itu benar. Namun tidak bagi mereka para wanita yang masih berfikir panjang, contoh saja jika seandainya wanita itu dalam lansia dan belum menikah? Jika dia tidak menempuh gelar yang dimana salah satu syarat untuk memasuki sebuah perusahaan, tentu dia akan kesusahan dalam bekerja. Itulah alasan mengapa wanita juga penting dalam mengejar sebuah pendidikan yang tinggi dan tidak kalah dengan laki-laki. Tinggi tidaknya pendidikan seorang wanita tidak harus dibandingkan dengan pendidikan laki-laki, karena pendidikan itu tidak ada halangan entah itu wanita ataupun laki-laki. Semua sama saja, yang membuat perbedaan itu adalah niat atau tidaknya seseorang itu dalam mengejar dan menempuh pendidikannya.
Ilmu bukanlah hal yang bisa diukur dengan apapun, bahkan professor dan penemuan sekalipun belum puas akan ilmu yang mereka miliki. Itulah salah satu cerminan dimana wanita juga tidak ada batasan dalam bidang pendidikan. Bahkan megawani saja bisa menjadi presiden di masanya karena apa? Tentu saja karena ilmu yang ia miliki yang mampu melampaui ilmu laki-laki saat itu. Betapa meruginya orang-orang yang memandang bahwa wanita tidak bisa menyamai pendidikan dari laki-laki, karena ilmu yang tinggi bisa saja dimiliki oleh mereka yang muda maupun tua, laki-laki maupun wanita.
Ada beberapa hal yang banyak terjadi di kalangan wanita saat ini yaitu mengenai pernikahan di usia dini. Seperti halnya saat saya sedang beradaptasi dengan lingkungan di Lombok, iya pulau yang dimana dikenal dengan pernikahan wanita di usia dini. Banyak sekali wanita yang saya temukan masih berusia 18 tahun sudah menikah, dimana wanita yang baru lulus SMA bahkan SMP sudah ada yang menikah. Seperti yang kita ketahui, banyak orang yang menikah di usia dini tidak berlangsung lama, salah satu alasan yang saya temukan tentu saja karena usia saat itu yaitu masa-masa dimana mereka masih labil.
Dimana seharusnya di usia segitu mereka masih menikmati masa muda dengan berbahagia dan berkumpul bersama teman-teman sebayanya atau bahkan ada yang masih mengejar cita-cita mereka dengan bersenang-senang. Namun kendala segalanya terhambat yak arena banyak wanita yang terpaksa menikah lantas karena dana kehidupan yang kurang dan akhirnya memutuskan menikah, ada juga yang karena paksaan dari keluarga untuk menikah dengan pilihan orang tuanya, ada juga yang menikah karena sang mempelai pria membayar wanita tersebut dengan harga yang tinggi, bahkan ada juga wanita dan pria yang saling mencintai namun ternyata cinta yang mereka jalani hanya sebatas hawa nafsu dan akhirnya terjadilah pernikahan yang dipaksa oleh keadaan karena telah terjadi hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan dalam berpacaran, akhirnya keputusan akhir ya tentu saja menikah. “dari pada harus membesarkan anak sendiri, dan pandangan orang akan menganggap itu anak haram. Masih untung kalo dia bertanggung jawab”, begitulah ucap salah seorang teman yang saya temui.
Itulah pentingnya pendidikan juga agar kita bisa membedakan dan memilih memilah dalam mengambil keputusan, tidak semua keputusan bisa langsung ditentukan, ada beberapa hal yang harus difikirkan secara matang juga agar tidak terjadi penyesalan seperti hal yang saya jelaskan sebelumnya. Betapa rugi wanita yang sudah terjerumus dalam hal seperti itu, dan betapa beruntungnya wanita yang sudah sukses dalam pendidikannya dan akhirnya menemukan juga laki-laki yang tentunya sederajat dengan dia dan tentunya kebagahiaan yang diidamkan oleh semua kalangan wanita.
Ada juga hal-hal yang sudah fenomena kita dengar dan lihat, dimana banyak yang menganggap bahwa anak laki-laki lebih berharga dari pada anak perempuan. Benarkah seperti itu? Seperti halnya di dalam sebuah film kerajaan, dimana jika hadirnya anak laki-laki maka akan dijadikan penerus ayahnya untuk menjadi seorang raja, namun beda halnya jika yang lahir adalah wanita. Banyak di kerajaan-kerajaan jika wanita justru akan menjadi budak. Adakah perbedaan jaman kerajaan itu dengan jaman sekarang? saya rasa hanya sedikit yang berubah dari itu semua. Di jaman sekarang kelahiran anak pertama sangat diharapkan adalah laki-laki, mengapa demikian? Banyak orang tua yang menganggap jika lahir anak pertama adalah laki-laki maka dia akan mampu menjaga adik-adiknya.
Saya rasa tidak semua hal akan sesuai dengan harapan, banyak juga yang anak pertamanya adalah wanita, namun semua aman dan tentram. Bahkan buktinya saja banyak wanita yang ikut dalam bidang bela diri, karena apa? Karena bukti juga bahwa tidak hanya laki-laki yang bisa menjaga wanita, namun dalam hubungan apapun apalagi jika itu saudara wanita tidak kalah hebat dengan laki-laki dalam hal menjaga.
Apalagi dalam hal perasaan. Anak pertama dalam keluarga justru bagus jika dia adalah wanita, kenapa? Alasannya yaitu jika dia wanita dia akan lebih mengerti bagaimana perasaan adiknya, atau bahkan perasaan orang tuanya kepada para adik-adiknya. Mengapa demikian? Tentu saja karena wanita sangat menggunakan perasaannya, beda halnya dengan laki-laki yang lebih menggunakan logika daripada hati. Begitulah wanita dalam menyikapi masalah apapun, mereka lebih mengutamakan bagaimana perasaan orang lain daripada memikirkan perasaannya sendiri. Itulah sebabnya mengapa wanita lebih baik menjadi anak pertama daripada laki-laki.
Ada juga beberapa pandangan laki-laki terhadap wanita yang sangat saya tidak sukai, yaitu melakukan hal-hal seperti bersiul, berseru atau memanggil, memberikan gesture, atau berkomentar kepada wanita dengan cara yang tidak sopan. Kalau disini sering kita temukan laki-laki yang mengganggu wanita saat berjalan seperti ‘pujian’ namun cukup membuat risih, contohnya seperti pujian “hai, cantik, mau kemana?”. Menurut saya itu hal yang sangat mengganggu, tentu saja karena alasan tidak saling mengenal namun seperti istilah anak jaman sekarang itu SKSD (sok kenal sok dekat). Sudah jelas bahwa dia tidak mengenalinya tapi masih saja berani mengganggu dengan memanggil wanita dengan seperti itu.
Kurangnya sopan santun yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan anak-anak yang membuat risih para wanita di jalan. Semua orang, perempuan maupun laki-laki, mempunyai hak yang sama untuk dapat berjalan dengan tenang di jalanan tanpa ada siulan dengan komentar mengenai tubuh kita oleh orang yang tidak dikenal. Tanpa panggilan-panggilan tidak pantas. Tanpa adanya rasa takut dan malu menjadi perempuan.
Semua orang bebas dalam menentukan pilihannya, begitupun dalam hal berbusana. Khususnya bagi mereka kaum wanita, tidak ada halangan dalam hal berbusana. Wanita juga harus memiliki hak untuk berpakaian sebagaimana keinginannya. Jika memang dia nyaman dengan apa yang dia kenakan kenapa dia harus memperdulikan apa yang orang katakana. Contoh saja banyak orang yang menganggap jika wanita menggunakan pakaian terbuka berarti mereka menganggap bahwa wanita tersebut sengaja agar memikat para lelaki.
Tapi pandangan semacam itu sangat tidak sesuai dengan realita yang dirasakan oleh para wanita, tidak selalu wanita melakukan hal tersebut karena nafsu melainkan karena mereka merasa nyaman dengan apa yang mereka kenakan. Jika dia ingin berjalan dalam keadaan berkeringatan atau tidak mencukur kakinya, itu bukanlah masalah. Kita tidak perlu merasa bahwa kita dibatasi untuk memalkai jenis pakaian tertentu hanya karena kita tidak ingin orang lain menilaimu negative. Yang lebih menyedihkan lagi, wanita adalah orang pertama yang mengatakan komentar negatifnya tentang wanita lain.
Dari usia muda, wanita selalu diajari untuk berhati-hati. Setiap kali keluar rumah, mereka selalu berhati-hati untuk tidak pergi dengan laki-laki yang tidak dikenali. Banyak orang tua yang memperingati wanita agar jangan keluar rumah di malam hari atau pulang kerumah dalam keadaan larut malam, namun beda halnya jika laki-laki sudah keluar rumah dan orang tuanya tidak ada larangan untuk pulang lebih dulu.
Dan juga hal yang sering terjadi yaitu mengenai kalimat yang sering dilontarkan orang-orang yaitu pelecehan seksual terhadap wanita, namun sedikit yang berpendapat agar laki-laki yang seharusnya lebih berhati-hati agar tidak melakukan pelecehan seksuat terhadap wanita.
Coba saja perhatikan, letak kesalahan wanita dimana? Apakah hanya karena wanita itu menggunakan busana terbuka lantas laki-laki menganggap bahwa dia sengaja agar laki-laki bisa mendekatinya dan mengganggunya? Tidak, justru yang salah adalah mereka pada lelaki yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya dan akibatnya mereka berbuat ulah seolah wanita lah yang salah karena masih berada di luar rumah pada malam hari dan menggunakan busana terbuka. Padahal semua itu adalah kebebasan setiap orang untuk bebas melakukan apasaja pilihannya selama tidak merugikan orang lain.
Begitupun saat wanita bekerja di malam hari, wanita yang bekerja dimalam hari bukan berarti mereka yang bekerja atau menghasilkan uang haram yang seperti orang lain katakana. Bisa saja wanita itu bekerja di sebuah perusahaan yang memaksakan dia untuk lembur seitap malam dan alhasil dia harus pulang larut. Begitulah kerja kerasnya wanita yang tidak kalah dengan laki-laki agar hasil kinerjanya pun tidak kalah dari laki-laki.
Tapi apa yang membuat pria lebih siap atau mampu daripada wanita? Mengapa seorang pria menghasilkan lebih banyak uang daripada wanita saat melakukan pekerjaan yang sama atau memiliki pendidikan yang sama? Kita membutuhkan feminism karena orang-orang masih menyetujui pandangan bahwa wanita tidak perlu dibayar untuk pekerjaan yang sama dengan pria, bahwa mereka baik-baik saja dengan ketidak pedulian dan ketidakadilan yang
tertanam dalam masyarakat.
Begitulah beberapa pendapat saya mengenai feminism.
Sekian dan terimakasih :)
No comments:
Post a Comment